Pages

Minggu, 31 Januari 2010

Mengenal Allah (Ma'rifat)


PENGERTIAN MA'RIFAT

Menurut ahli bahasa, kata ma'rifat berarti mengetahui atau mengenal.
Pengertian tsb bisa diperluas lagi menjadi : cara mengetahui atau mengenal Allah melalui tanda2 kekuasaan-Nya yang berupa makhluk2 ciptaan-Nya.
Sebab dengan hanya memperhatian tanda2 kekuasan-Nya kita bisa mengetahui akan keberadaan dan kebesaran Allah SWT.
Kita tentu yakin dan faham betul, bahwa tidak ada satu makhlukpun, itu pasti ada yang menciptakan. Dan siapa lagi yang menciptakan segala macam makhluk tsb kalau bukan Allah?
Tanda2 tentang adanya Allah sudah jelas terlihat disekeliling kita. Setiap hari kita bisa melihat terbitnya matahari dari ufuk timur dan kemudian tenggelam di ufuk barat. Satu kali pun tidak pernah terbalik.
Kita juga bisa melihat betapa indahnya bulan dan begitu gemerlapnya bintang2 yg bertaburan di langit di malam hari. Semua itu yg menciptakan dan mengatur peredaraannya adalah Allah. Siapa yg tidak mengenal Allah lewat tanda-tanda kekuasaan-Nya, ia adalah sebuta-buta manusia. Bukan buta matanya akan tetapi buta hatinya.
Sebagaimana yg telah difirmankan Allah berikut :
Sesungguhnya bukan matanya yang buta, tapi mata hatinyalah (yang buta) yang berada berada dalam rongga dadanya.

Adapun cara memperhatikan tanda2 kekuasaan Allah yang berupa makhluk-makhluk-Nya tersebut bukanlah sekedar dengan menggunakan penglihatan lahir saja. Tetapi harus pula ditunjang dengan penglihatan mata batin(hati) yang jernih dan bersih dari berbagai macam dosa.
Perhatikan sabda Rasulullah SAW, kepada Sahabat Abu Dzar AL-Ghifari berikut : Wahai Abu Dzar, Sembahlah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya. Bila kamu tidak melihat Allah, maka yakinkan (dalam hatimu) bahwa Allah melihat kamu".

Buta mata belum tentu membawa bencana. Tetapi buta hati, sudah pasti akan mendatangkan siksa. Karena apabila manusia sudah menderita penyakit buta hati, selama ia belum belum mendapatkan cahaya Ilahi yang berupa petunjuk-petunjuk kebenaran, maka selama itu pula ia akan tersesat jalannya. Bukan menuju jalan Syurga yang ia tempuh, melainkan jalan ke Neraka. Hal ini sesuai dengan Firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-Isra ayat 72 yang berbunyi :
“Dan barangsiapa yang buta (hati) di (dunia) ini, maka ia buta di akhirat nanti dan bahkan lebih sesat jalannya.

Setelah  kita mengenal dan mengetahui akan keberadaan Allah, apakah lantas pengenalan dan pengetahuan kita tersebut berhenti sampai di situ saja?.  Tentu tidak. Akan tetapi lebih dari itu, kita sebagai hamba-Nya dan sebagai salah satu makhluk ciptaan-Nya, maka sudah sepatutnya apabila kita senantiasa mengabdikan diri secara bulat dan utuh semata-mata demi mengharapkan keridhoan-Nya.
Salah satu tanda bagi orang yang berma’rifat kepada Allah adalah bahwa ia senantiasa bersandar dan berserah diri kepada Allah semata.
Apapun yang telah dan akan terjadi pada dirinya, selalu diterima dengan baik. Apabila ia mendapat kenikmatan, ia bersyukur. Sedangkan apabila ia mendapatkan musibah, ia terima cobaan itu dengan sabar. Orang yang demikian ini percaya, bahhwa semua itu datangnya dari Allah untuk kebaikan dirinya. Sebab tidak ada sesuatupun yang terjadi di dunia ini, kecuali ada manfaat atau hikmah di balik peristiwa tersebut.

Selain itu,  orang yang berma’rifat kepada Allah tidak pernah menyombongkan diri. Sebagai makhluk yang lemah dan tanpa daya, manusia tidak bisa berbuat apa-apa kecuali atas pertolongan dan izin dari Allah Yang Maha Perkasa. Karena itu ia pun selalu   mencari jalan untuk lebih mendekatkan diri kepada-Nya guna mendapatkan pertolongan, perlindungan dan keridhoan-Nya. Sedang apapun yang dapat  menghalangi jalannya untuk bertaqorrub kepada Allah SWT    ia singkirkan  jauh-jauh dari lubuk hatinya, seperti sifat serakah kepada dunia, kikir, sombong, riya, dan berbagai sifat tercela lainnya.

Menurut seorang ahli ma’rifat terrenal bernama Al-Junaidi, bahwa seorang belum bisa disebut sebagai ahli ma’rifat sebelum dirinya mempunyai sifat-sifat:
-  Mengenal Allah secara mendalam, hingga seakan-akan dapat berhubungan secara langsung dengan-Nya.
-  Dalam beramal selalu berpedoman kepada petunjuk-petunjuk Rosulullah SAW (Al-Hadist).
-    Berserah diri kepada Allah dalam hal mengendalikan hawa nafsunya.
-    Merasa bahwa dirinya adalah kepunyaan Allah dan kelak pasti akan kembali kepada-Nya.

Adapun menurut Imam Al-Ghozali sebagaimana yang ditulis dalam kitab Ihya ‘Ulumuddin, di situ disebutkan bahwa ada empat hal yang harus dikenal dan kemudian dipelajari oleh seseorang yang berma’rifat kepada Allah. Keempat hal tersebut adalah :
1.      Mengenal siapa dirinya.
2.      Mengenal siapa Tuhannya
3.      Mengenal dunianya
4.      Mengenal akhiratnya.


0 komentar:

Posting Komentar